Selasa, 21 Juni 2016

Kadang-kadang, jarang selalu.


Dunia ini sering kadang-kadang, jarang selalu.
Pekat malam, kadang-kadang menenteramkan, tidak pernah selalu.
Seperti halnya jarak, kadang membuat senyum, tetapi lebih banyak menyesakkan walaupun tidak selalu, atau aku yang salah hitung..
Sejuk pagi, kadang-kadang membasuh jiwa, tidak pernah selalu.
Kadang-kadang menyakitkan. Seperti halnya rasa dan logika, kadang-kadang berat sebelah, kadang malah berat keduanya, tidak pernah selalu, sehingga jadilah berputar sendiri, atau aku yang tak pandai mengaturnya..
Rinai hujan, kadang-kadang romantis, tapi tidak selalu.
Romantis kadang-kadang mengiris jiwa-jiwa miris, rinai hujan bertoleransi dengan gerimis, atau aku yang terlalu melankolis..
Tawa canda kadang-kadang menyenangkan, jarang juga menyedihkan, tetapi pernah kadang-kadang membuat air mata. Tawa canda kadang juga menyesakkan, seperti halnya jarak, terkungkung hanya dalam kenangan, atau aku yang tak mau membuatnya benar-benar menyenangkan.
Berapa hal lagi yang kadang-kadang, coba temukan yang selalu.
Bahkan harmoni alam pun sudah tak selalu.
Musim panas pun kadang hujan.
Musim semi pun kadang gugur.
Persis perasaan manusia di zaman ini.
Terakhir, 1+1 pun tidak selalu sama dengan 2, 2×3 pun tidak selalu sama dengan 6
Tidak percaya? Lihat saja pandainya manusia memanipulasi semuanya di zaman ini.
Kadang, itulah mengapa ilmu sosial mengatakan semua sesuai konteksnya.
Maka sudah berapa banyak pertanyaan yang bisa dijawab dengan, “Tergantung bla..bla..bla..”
Konteks, kadang, selalu, kadang juga tidak mutlak benar.
Semua terlalu kadang-kadang, kecuali Dia yang selalu benar.
Ketetapan-Nya yang selalu benar, ayat-ayat-Nya yang selalu benar, manusia hanya kadang-kadang, tapi nanti akan selalu mati.

-Ahimsa Azaleav

Tidak ada komentar:

Posting Komentar