Jakarta,
2 Juli 2016
Sore
itu pasien sudah mulai sepi. Suara dering telepon juga mulai
berkurang. Itu artinya pekerjaan saya sudah mulai bisa 'disambi',
disambi membaca. Pepatah mengatakan : buku adalah jendela dunia.
Dengan membaca buku, kita bisa mengenal dunia. Namun di jaman yang
modern seperti sekarang, fungsi buku bisa jadi tergantikan oleh
internet. Ya, bagiku internet adalah jendela dunia tanpa batas.
Karena
akhir-akhir ini saya sedang menyukai dunia kepenulisan, terutama yang
mengandung unsur sastra, maka dengan sengaja saya menulis : Ephemera
– Ahimsa Azaleav di kotak mesin pencari Google. Maksud hati ingin
pre-order (PO) buku tersebut untuk bekal bahan baca saat libur
lebaran nanti, tapi ternyata bukunya belum bisa di PO. Sabar.
Tak
ada rotan akar pun jadi. Belum bisa memaca bukunya secara langsung,
saya masih bisa membaca quote-quotenya di Google. Hehe.. Setelah
beberapa kali berganti halaman, tiba-tiba mataku tertahan pada sebuah
tulisan. Ini bukan kutipan buku Ephemera, melainkan Hujan Matahari –
Kurniawan Gunadi. Isi kutipannya tidak asing. Ah, sepertinya saya
pernah mengalami situasi seperti ini. Saya membacanya berulang-ulang
dengan penuh penghayatan. Tulisan alumni ITB ini benar-benar mewakili
hati kaum hawa, lebih khususnya saya pada saat ini. Terimakasih,
Kurniawan Gunadi.
Surat
Bahwa
menjaga diri adalah hal yang paling sering alfa dari setiap
kesempatan.
Beberapa
waktu yang lalu, ada sebuah email dari negeri nun jauh disana,
seorang sahabat lawas yang tinggal di belahan bumi yang berbeda.
Sebuah email padat yang memaksa saya duduk berlama-lama didepan
komputer dan membacanya seribu kali.
Kamu terlalu baik kepada banyak lawan jenismu, kepada banyak perempuan. Membuat mereka terlalu nyaman di dekatmu dan membuat mereka merasa tentram untuk membuka cerita kepadamu.
Aku hanya sekedar mengingatkan, bahwa berhati-hatilah. Kamu menumbuhkan apa yang tidak mereka tanam. Perasaan tentram dan nyaman itu lebih berbahaya dari perasaan cinta. Kau perlu tahu itu teman.
Bahwa aku mengenalmu sejak kecil adalah hal yang membuatku paham padamu. Kau sudah merusak masa depan dirimu dan banyak perempuan, bahwa mereka kemudian memiliki perasaan masa lalu yang bisa saja tumbuh ketika kamu sudah bersanding dengan orang lain.
Kau paham sesuatu ?
Aku katakan sekali lagi, jangan terlalu baik kepada banyak perempuan. Sikapmu itu seperti bom waktu, tinggal menunggu kapan meledaknya, jagalah dirimu lebih baik.
Kau tidak perlu terlalu dekat kepada mereka semua jika sekedar ingin menjadi laki-laki yang baik, bukan begitu ?
Aku
kehabisan kata …
like it ;)
BalasHapus